Qurban Yang Membawa Korban

Oleh: Adam Muhammad

Setiap hari raya Idul Adha menjelang, pemandangan penyembelihan kambing, sapi atau hewan ternak lainnya ada di tiap wilayah Indonesia. Pemandangan ini juga bisa kita lihat di setiap penjuru wilayah di Jawa Timur. Memang, di hari raya tersebut diwajibkan kepada kaum muslimin yang mampu untuk menyembelih hewan qurban.

Tetapi lagi-lagi melihat pendistribusian hewan qurban yang masih terkesan semrawut membuat sedih ummat ini. Lihatlah bagaimana di beberapa daerah seperti di Masjid Istiqlal Jakarta, pembagian hewan qurban menjadi begitu menyedihkan. Orang tua, perempuan hamil, perempuan yang menggendong bayinya bahkan anak-anak saling gencet, sikut dan dorong untuk mendapatkan daging qurban itu. Akhirnya, daging qurban itu pun membawa korban. Beberapa calon penerima daging qurban itu harus bergelimpangan pingsan karena tidak kuat menahan desakan dari penerima daging lainnya.

Fenomena apakah ini? Apakah ini berarti semakin sedikit orang mampu yang menyadari kewajibannnya akan berqurban, apakah ini menandakan tingkat kemiskinan yang semakin meningkat?, atau apakah ini masalah kurangnya profesionalisme dari panitia, atau jangan-jangan ini adalah pertanda bergesernya mentalitas bangsa ini yang mulai lebih suka menjadi tangan dibawah daripada tangan di atas.

Fenomena apa pun itu, sebagai ummat muslim yang baik kita seharusnya berusaha untuk mencarikan solusi atas masalah ini. Hal ini tidak boleh kita biarkan terus. Bagi anda, seorang muslim yang mampu janganlah melupakan kewajiban qurban ini. Dengan semakin banyak orang yang berqurban, insyaallah daging qurban akan semakin merata tersebar. Apabila ini diakibatkan oleh kurangnya profesionalisme panitia, maka panitia harus berusaha lebih keras untuk menjadi lebih profesional. Contohlah lembaga-lembaga pengelola zakat yang profesional. Lihatlah cara kerja mereka yang rapi dan sistematis. Misalkan saja sebuah lembaga pengelola zakat di kota kecil Jombang bernama LPUQ. Mereka berusaha menghimpun hewan qurban dari masyarakat. Kemudian mereka menyebar hewan-hewan qurban itu ke daerah-daerah pedalaman di kabupaten Jombang. Hewan qurban lebih terasa manfaatnya bagi mereka. Bahkan di beberapa titik itu diadakan acara pengajian pula. Dengan mendatangi para penerima daging qurban itu, Panitia nampak lebih memanusiawikan penerima. Bukannya membuat parade kemiskinan yang antri daging qurban.

Nah, yang lebih menyedihkan lagi adalah bila fenomena ini adalah mulai bergesernya mental bangsa ini. Apabila “hanya” tingkat kemiskinan yang meningkat mungkin masih lebih mudah untuk dientaskan dengan berbagai program termasuk pengelolaan zakat yang baik. Tetapi jika mental yang menjadi masalah, ini adalah tugas berat bagi kita semua. Semua elemen harus bergerak memperbaiki mental ini. Para tokoh masyarakat, da’i dan pemerintah harus bersinergi membangkitkan semangat tangan di atas bagi masyarakat. Dan momentum Idul Adha ini seharusnya menjadi momen untuk mengkampanyekan pengorbanan bagi orang lain, menjadi muslim yang lebih suka tangannya di atas daripada di bawah.

Dengan begini, semoga qurban tidak lagi membawa korban. Tetapi Qurban akan membangkitkan bangsa ini dari keterpurukan dalam berbagai hal. Semoga. [ ] 

Tulisan ini pernah dimuat di harian Surya kolom warteg.